LAPORAN ILMU
BUDAYA DASAR
WAWANCARA
MASYARAKAT TAK MAMPU
Evan Ridho Gusti S (12117001)
Firda
Depriana Aviola (12117377)
Muhamad
Daffa Fernanda (13117760)
Theo
Dikaios D P (16117856)
Kelas : 1KA16
Tugas : Laporan wawancara
Universitas Gunadarma
2018
Laporan
Wawancara
I.
Latar Belakang
Pengemis adalah mereka yang mendapatkan
penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan
alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Di Indonesia atau lebih spesifiknya di kota
Depok, pengemis sangatlah banyak. Bukan hanya orangtua atau orang dewasa,
remaja dan bahkan anak-anak kecil pun banyak yang menjadi pengemis. Hal ini
dipacu oleh tingkat kemiskinan di indonesia yang tinggi serta kurangnya atau
sempitnya lapangan pekerjaan, sehingga banyak dari mereka yang pengangguran
memilih untuk menjadi pengemis.
Pengemis merupakan gejala sosial yang selalu
hadir di wilayah-wilayah berkembang seperti perkotaan maupun pedesaan. Secara
fisik, pengemis juga berinteraksi dengan masyarakat disekitarnya dan sebagian masyarakat biasanya menilai
bahwa golongan pengemis maupun gelandangan sebagai orang-orang yang malas dan
tidak berusaha, tidak mempunyai motivasi, bersikap menerima nasib serta
menerapkan pola perilaku yang dianggap tidak sesuai menurut masyarakat pada
umumnya.
Tujuan
• Memenuhi
tugas mata kuliah softskill Ilmu Budaya Dasar.
• Menambah
pengetahuan tentang masalah sosial.
• Mengetahui
lebih tentang kehidupan masyarakat yang kurang mampu.
Waktu
Dan Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal : Kamis, 12 April 2018.
Pukul :
13.00 WIB - Selesai.
Tempat :
Stasiun Pondok Cina
Pewawancara
• Firda
Depriana Aviola
• Muhamad
Daffa Fernanda
• Evan
Ridho Gusti Sukarno
Penulis
·
Theo
Dikaios Dear Purba
II.
Hasil Wawancara
Narasumber yang
kami wawancarai adalah wanitia paruh baya bernama Nurhayati. Ibu Nurhayati
telah berkeluarga dan memiliki sabelas orang anak, tiga dari anak ibu Nurhayati
sekarang masih berstatus sebagai pelajar. Suami ibu Nurhayati bekerja sebagai
Buruh harian lepas, sang suami tidak mempunyai pekerjaan yang tetap dan
penghasilannya pun tidak dapat dipastikan tepatnya.
Ibu Nurhayati dan keluarga tinggal di
Citayam, dan setiap pagi hari ibu Nurhayati berangkat ke stasiun Pondok Cina
dengan menggunakan KRL, dan pulang ke Citayam menjelang sore hari. Ibu
Nurhayati sudah menjadi pengemis selama 12 tahun dan masih akan terus mengemis
sepanjang hidupnya. Air mata ibu Nurhayati mulai mengalir saat kami bertanya
penghasilan ibu Nurhayati, sambil meneteskan air mata dia menjawab, “tidak
tentu dek, Kadang 50-60 ribu”. Lalu kami menanyakan alasan mengapa ia masih
mencari nafkah dengan cara seperti ini, dengan menangis sedih Ibu Nurhayati
menjawab, “ Karena disini kan biaya hidup mahal, sedangkan saya gak punya
ijazah untuk kerja, terus terang aja saya SD kelas 3 gak lulus”.
Kami merasa iba dengan kehidupan ibu
Nurhayati yang saat ini memiliki sebelas orang anak yang beberapa masih ada di
bangku sekolah dan juga dengan penghasilan yang sangat minim dia berjuang di
tengah kerasnya persaingan di Ibukota. Setelah kami selesai mewawancarai ibu
Nurhayati kami memberikan beberapa buah tangan sebagai tanda terimakasih karena
sudah meluangkan waktunya untuk kami wawancarai.
Komentar
Posting Komentar